Asesmen ini juga bisa digunakan untuk berbagai aktivitas belajar siswa selama berada di rumah, bagaimana kondisi keluarga dan yang terpenting guru juga memahami bentuk pergaulan siswa, serta gaya belajar yang digunakan oleh siswa.
Manfaat asesmen diagnostik non kognitif bagi guru yaitu dapat
memudahkan guru untuk mengidentifikasi berbagai kelemahan dan kelebihan siswa
dalam mempelajari suatu topik atau mata pelajaran secara tepat. Hal itu dapat
digunakan guru untuk memperbaiki proses pembelajaran dan menentukan tindakan
setelahnya yang dapat dilakukan untuk membantu siswa dalam belajar.
Lalu
bagaimana pelaksanaan asesmen diagnostik non-kognitif
Untuk asesmen
diagnostik non kognitif dilaksanakan dalam tiga tahapan di antaranya :
1. Tahap
Persiapan
Pada tahapan ini, guru dapat mempersiapkan daftar pertanyaan mengenai aktivitas siswa, guru juga mempersiapkan alat bantu berupa gambar-gambar yang mewakili emosi sehingga pertanyaan yang diajukan tentunya berbeda dari asesmen diagnostik kognitif.
2. Tahap Pelaksanaan
Dalam tahapan ini guru bisa meminta siswa untuk dapat mengekspresikan perasaannya selama belajar. Dalam tahapan ini guru dapat melakukan dengan berbagai cara di antaranya meminta siswa untuk bercerita langsung, menulis, atau menggambarkan aktivitas atau perasaan yang sedang dirasakannya.
3. Tahap
Tindak Lanjut
Dalam tahapan ini
yaitu tindak lanjut di mana guru dapat melakukan identifikasi kondisi
psikologis maupun emosional siswa berdasarkan hasil tes yang diperoleh pada
tahap pelaksanaan. Sehingga hasilnya dapat digunakan untuk menentukan
langkah-langkah yang perlu diambil untuk memperbaiki proses pembelajaran siswa.
Guru juga bisa memberikan informasi kepada orang tua tentang hasil tes ini.
Dari penjelasan di atas sekolah harus mempersiapkan tes diagnostik non
kognitif di awal tahun pelajaran untuk melihat kemampuan awal siswa dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran berikutnya di dalam kelas.